[Cerpen] Cinta Di Kelas Ujung


Aku berlari menuju kelas yang terletak di ujung belakang. Rasanya masih terlalu pagi. Ya tapi peraturan baru harus di taati. Masih terasa embun yang mengenai tangan ku. Wangi pagi yang sejuk seakan menari-nari menerobos masuk untuk di hirup hidung ini. Mereka sudah ramai di kelas, mereka? Ya tentu saja teman-teman ku. Ahh rasanya aku mulai muak dengan kelas ini. Sangat tidak sekompak dulu. Keakraban tidak dijaga.

"Pagi tiwik, randa kirim salam tuh" Kata wira sambil tertawa.

Randa? Rasanya ingin ku hapus saja nama itu dari ingatan ku. "Gak lucu" celoteh ku.

Malam itu au terima sms dari Randa, tak biasanya dia menghubungi ku. Langsung ku telfon lai-laki yang ku kagumi secara diam-diam itu.

"Ya Randa? Tiwik belum tidur kok, ada apa?" Jawab ku malu-malu. Aku sungguh bahagia bisa bicara dengan ketua pramuka di sekolah ku ini.

"Randa ganggu?"

"Engga kok ran, emang kenapa?" Jawab ku

"Ga bisa tidur ni wik, temenin randa ya, eh tapi perempuan ga baik lho tidur terlalu malam" Suaranya begitu lembut, ah rasanya seperti melukis pelangi, sangat bahagia.

"Iya iya tiwik temenin, tenang aja" Jawab ku

Ku dengar suara aneh di seberang telfon, seperti suara wira dan teman-teman sedang tertawa.

"Ran, apa kamu sedang bersama wira?" Tanya ku heran

"Ha? tidak kok wik" Jawab Randa

Aku mulai tidak tenang, seperti nya aku sedang dikerjai oleh wira dan yang lain.

"Wik, apa kamu punya rasa dengan aku?" Aku sangat terkejut

"Rasa? Rasa apa ya" Jawabku dengan grogi

"Ya rasa, sayang mungkin" kata Randa dengan serius.

Aku bingung, apa ini bagian dari bercandaannya Randa, atau bersungguh-sungguh. Tapi aku tak mau melewatkan kesempatan ini, mungkin saja lelaki yang ku cintai ini bisa jadi pacar ku. Tuuut tuuut. Tiba-tiba saja telefon terputus sebelum aku sempat menjawab.

"Aaarrgghhh" Gumam ku kesal. Tentu lah ini pasti kerjaan wira.

_-_

"Baru juga dapet salam, udah di lamunin terus" kata wira sambil tertawa

"Awass kamu ya wir" dengan ancang-ancang memukul wira. Sial guru kami telah berada di depan pintu.

Masuk pelajaran selanjutnya, Randa berpindah tempat duduk di sebelah Dian. Dian termasuk salah satu orang yang tidak ku sukai karena keegoisannya dan selalu menatap ku sinis. Ku dengar mereka berbicara menyebut nama seorang adik kelas, Sella. Terlihat randa, sangat menggebu-gebu ketika menceritakan sella. Ah aku rasa, aku tengah dilanda cemburu.

Malamnya, aku menerima sms dari Randa. Sms nya hanya berisi bahwa seluruh murid di kelas diwajibkan hadir besok, padahal kan besok hari minggu. Dan aku tak bisa hadir. Ku balas sms itu.

"Ga bisa Ran, mau pergi sama orang tua" ku ketik sms dan mengirimkannya ke Randa

"Oh" hanya jawaban singkat itu yang aku dapat.

"Kamu tidak marah?" Balas ku dengan hati-hati.

"Tidak" jawaban yang ku terima dengan cepat.

"Baiklah" Balas ku lagi

"Ada yang ingin aku tanyakan wik, apa kamu benar suka padaku? seperti kata kamu benar suka padaku? Seperti kata teman-teman di kelas?" Sms itu masuk tepat pukul 21.00.

"Apa? Aku suka? Sepertinya ejekan itu ada karena kamu yang mendekati aku duluan deh. Tapi jujur au memang mulai menyukaimu" sedikit gengsi ku kirim sms ini.

"Itu kan dulu, mungkin sekarang semua nya sudah berbeda, soal telefonan kemarin, aku hanya bercanda, orang wira yang menyuruhku untuk menghubungi mu. Aku minta maaf. Aku tida ada rasa dengan mu, lebih baik kamu menjauhi ku. Daripada kamu malu kita terus-terusan diejekin.

"Ya" hanya dua huruf itu yang bisa ku ketik. Aku sungguh kecewa dengan sikap randa. Mungkin itu adalah cara terbaik untuk memberitahuku. Tapi menurut ku, kata-katanya kurang menghargai perasaan ku.

Semenjak malam itu semuanya menjadi dingin, sikap ku terhadap randa, dan sebaliknya. Begitu juga dengan pagi ini, pagi yang dingin. Aku datang begitu cepat, hanya aku sendiri yang baru hadir di kelas ini. Ku lihat dari kejauhan, Randa mulai mendekati kelas.

"Ahh itu dia, rasanya malas sekali berjumpa dengan nya di pagi ini, walaupun kenyataannya, kami berjumpa terus sepanjang hari" Gumamku dalam hati.

Randa mulai memasuki pintu kelas.

"Morning Tiwik" katanya dengan senyum sangat menawan, dan alis tebal yang sedikit dinaikkan.

Aku tak tahu apa yang terjadi, yang pasti, setelah dua tahun kami sekelas, baru sekali ini ia menyapa ku sangat hangat.

Cerpen karangan : Nuraini Husna  

Comments

Post a Comment